Senin, 26 Mei 2008

jokochimaru and jenis pakaiannya

Kimono'' (sesuatu yang dikenakan seseorang, bahasa Jepang red) adalah pakaian tradisional masyarakat Jepang.

Memakai Kimono dalam bahasa Jepangnya disebut ''Kitsuke''. Memakai Kimono tidaklah mudah, banyak wanita Jepang yang sewaktu memakai Kimono harus dibantu oleh orang lain. Bahkan banyak kursus cara memakai Kimono.

Kimono untuk kesempatan formal hanya dibuat dari benang sutra kelas terbaik, sehingga Kimono formal harganya menjadi sangat mahal. Kimono juga tidak pernah dijual dalam keadaan sudah jadi, melainkan harus dipesan sesuai dengan ukuran badan pemakainya. Kimono juga tidak pernah dijahit dengan mesin, melainkan dijahit dengan tangan.

Membeli Kimono dimulai dengan memilih bahan kain untuk Kimono yang disebut ''Tanmono'' (bahasa Jepang: 反物 secara harafiah: "gulungan kain yang panjangnya 1 ''Tan'', atau kurang lebih 9 meter 14 senti"). Bahan untuk membuat Kimono haruslah bahan yang ditenun dengan sempurna dan tanpa cacat walau sedikitpun. Tanmono harus dibeli dalam satu gulungan dengan tidak menghitung tinggi badan si pemakai. Jika ''Tanmono'' dipakai untuk membuat Kimono untuk pemakai yang kebetulan bertubuh pendek dan ramping, maka akan banyak bahan Kimono yang tersisa.


''B-Tan Ichi'' (bahasa Jepang: B反市 secara harafiah: "Pasar Kain Kelas B") adalah penjualan obral bahan kain Kimono kelas B, untuk membandingkannya dengan bahan Kimono kelas "A" yang sempurna dan tanpa cacat. Bagian bahan Kimono yang tidak sempurna dapat disembunyikan oleh penjahit Kimono yang berpengalaman. Walaupun bahan Kimono yang dibeli mengandung sedikit cacat, Kimono yang sudah jadi akan terlihat hampir sama dengan Kimono yang dijahit dari bahan yang sempurna.


Sejarah Kimono

Kimono, tidak mendapat pengaruh dari pakaian tradisional Korea. Namun, kimono mengambil inspirasi dari pakaian tradisional Cina, "Hanfu" (Hanfu = han (suku han) fu (pakaian) -> hanfu = pakaian suku han). Kimono modern seperti yang kita lihat pada zaman sekarang sudah mulai dilihat sejak zaman Heian (sekitar tahun 800).

Kimono biasanya dibuat dari sutera jepang yang di-print dengan teknik "Yuzen". "Yuzen" maksudnya teknik cetak berulang - jadi, pattern dari kimono itu sebenarnya diulang2 (sejenis monogram). Banyak orang yang mengira bahwa kimono itu dilukis dan satu kimono itu mengandung satu lukisan, tapi sebenernya salah.

Menurut beberapa sumber, Kimono pada zaman dahulu harus dilepaskan bagian per bagian untuk dicucinya dan dijahit dan disambung kembali waktu mau dipakai, tapi perkembangan zaman telah mengeliminasi kebutuhan ini.


Kimono ada yang untuk pria juga ada yang untuk wanita.... mari kita mengenal jenis-jenis kimono :

Kimono Pria
# ''Montsuki'' dengan ''Hakama'' dan ''Haori''.

Montsuki adalah Kimono pria yang paling formal yang di bagian punggungnya terdapat lambang keluarga (''Kamon'') si pemakai. Kimono yang dikenakan pria berwarna gelap seperti biru tua atau hitam.

Hakama adalah semacam celana panjang yang dikenakan pria yang juga terbuat dari bahan berwarna gelap.

Haori adalah semacam jaket yang dikenakan pria sewaktu mengenakan Kimono.

Montsuki lengkap dengan Hakama dan Haori juga berfungsi sebagai pakaian pengantin pria. Selain sebagai pakaian pengantin pria, Montsuki lengkap dengan Hakama dan Haor
i hanya dikenakan pada waktu menghadiri upacara yang sangat resmi, seperti resepsi pemberian penghargaan dari Kaisar/pemerintah.

# ''Ki Nagashi''

''Ki Nagashi'' adalah Kimono santai sehari-hari yang dikenakan pria untuk keluar rumah pada kesempatan tidak resmi. Bahannya bisa terbuat dari katun atau bahan campuran. Ki Nagashi banyak dikenakan pemeran Kabuki pada saat latihan atau guru tari tradisional Jepang pada saat mengajar.

Kimono Wanita
Jenis-jenis Kimono wanita yang disusun menurut tingkatan formalitas:




# ''Tomesode''

Tomesode adalah jenis Kimono yang paling formal umumnya berwarna hitam yang hanya dikenakan oleh wanita yang sudah menikah. Pada Kimono jenis Tomesode terdapat lambang keluarga (''Kamon'') si pemakai. Lambang keluarga bisa terdapat satu tempat, tiga tempat, atau lima tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada) seusai dengan tingkat formalitas Kimono. Ciri khas Tomesode adalah motif yang indah pada ''Suso'' (bagian bawah sekitar kaki). Dikenakan untuk menghadiri resepsi pernikahan, pesta dan upacara yang sangat resmi lainnya.

# ''Furisode''

Furisode adalah Kimono formal untuk wanita muda yang belum menikah. Ciri khas Furisode adalah pada bagian lengannya yang menjuntai dan sangat lebar. Bahannya berwarna-warni cerah dengan motif yang mencolok. Dikenakan pada waktu menghadiri upacara "Seijin Shiki" (Hari menjadi Dewasa), menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, dan kunjungan ke kuil Shinto di hari-hari awal Tahun Baru (''Hatsumode'').

# ''Homongi''

Homongi (secara harafiah: "baju untuk berkunjung") adalah Kimono formal untuk wanita yang sudah menikah atau wanita dewasa yang belum menikah. Homongi dikenakan oleh wanita yang sudah menikah untuk menghadiri resepsi pernikahan, pesta resmi, Tahun Baru, dan upacara minum teh (''Sado'').

# ''Iromuji''

Iromuji adalah jenis Kimono semiformal yang dapat menjadi Kimono formal jika mempunyai lambang keluarga (''Kamon''). Lambang keluarga bisa terdapat satu tempat, tiga tempat, atau lima tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada) seusai dengan tingkat formalitas Kimono. Bahan untuk Kimono jenis Iromuji umumnya tidak bermotif dan berwarna merah jambu, biru muda, kuning muda atau warna-warna lembut lainnya. Dikenakan pada waktu menghadiri pesta pernikahan atau upacara minum teh.

# ''Tsukesage''

Tsukesage adalah Kimono semi formal untuk wanita yang sudah/belum menikah. Menurut tingkatan formalitasnya, Tsukesage hanya setingkat dibawah Homongi. Dikenakan pada kesempatan menghadiri pesta pernikahan, pesta resmi, Tahun Baru, dan upacara minum teh (''Sado'') yang tidak begitu formal.

# ''Komon''

Komon adalah Kimono santai untuk wanita yang sudah/belum menikah. Ciri khasnya adalah motif sederhana yang kecil-kecil yang berulang. Dikenakan pada waktu menghadiri pesta alumni, makan malam, bertemu dengan teman, dan menonton pertunjukan di gedung.

# ''Tsumugi''

Tsumugi adalah Kimono santai untuk wanita yang sudah/belum menikah yang dikenakan sehari-hari di rumah, atau boleh juga dikenakan untuk keluar rumah seperti berbelanja atau jalan-jalan. Ciri khas Tsumugi adalah pada bahannya yang merupakan bahan tenunan sederhana dari katun atau sutra kelas rendah dengan benang yang tebal/kasar sehingga bisa tahan lama dipakai. Pada zaman dulu, Tsumugi digunakan untuk bekerja di ladang.

# Yukata

Yukata adalah jenis Kimono nonformal Jepang yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis yang dipakai untuk kesempatan santai di musim panas.


Aksesori dan Pelengkap untuk Kimono
# ''Geta''(下駄)

''Geta'' adalah sandal dari kayu yang mempunyai hak, dipakai oleh pria maupun wanita yang memakai ''Yukata''. ''Geta'' berhak tinggi dan tebal yang dipakai oleh ''Maiko'' disebut ''Pokkuri''

# ''Junihitoe'' (十二単)

''Junihitoe'' adalah jubah 12 lapis yang dipakai oleh wanita Jepang zaman dulu di istana kaisar.

# ''Kanzashi''(簪)

''Kanzashi'' adalah hiasan rambut seperti tusuk konde yang disisipkan ke rambut sewaktu memakai Kimono.

# ''Obi'' (帯)

''Obi'' adalah sabuk dari kain yang seperti stagen yang dililitkan ke badan pemakai untuk mengencangkan Kimono atau ''Yukata''.

# ''Tabi'' (足袋)

''Tabi'' adalah kaus kaki sepanjang betis yang dibelah dua pada bagian jari kaki untuk memisahkan jempol kaki dengan jari-jari kaki yang lain. ''Tabi'' dipakai sewaktu memakai sandal, walaupun ada juga Tabi dari kain keras dan dipakai begitu saja seperti sepatu bot.

# ''Waraji'' (草鞋)

''Waraji'' adalah sandal dari anyaman tali jerami.

# ''Zori'' (草履)

''Zori'' adalah sandal tradisional Jepang yang bisa terbuat dari kain atau anyaman sejenis rumput (''Igusa'').



sumber :
http://id.wikipedia.org/
http://do-as-indonesia.com/
http://www.bluestarbase.com/